Didi heran melihat Bram rekan kerjanya sedang mencuci piring sendiri di rumahnya. Saat itu Didi sedang ada keperluan untuk mendiskusikan masalah proyek yang sedang mereka jalankan. Saat Didi datang Bram baru saja selesai makan.
"Kamu mencuci piring sendiri?" tanya Didi pada Bram dengan penuh keheranan dan mengangkat kedua tangannya seolah tidak percaya,"Padahal kan kamu ada ART 2 orang di rumah."
Bram tersenyum kecil dengan senyumnya yang membuat kedua tepi bibirnya terangkat, "Ini adalah salah satu hobi favoritku, Di"
"Di rumahku ada dua ART, tapi urusan peralatan makan setelah aku dan istri makan, mereka tak boleh sentuh atau cuci," Bram menampakan wajah yang ceria sambil menggerakkan telapak tangannya yang menggambarkan sesuatu tidak boleh.
"Mereka tidak pernah mencuci peralatan makan yang aku dan istri pakai, bukan karena diskriminasi atau sejenisnya, tapi aku punya filosofi sendiri atas kegiatan cuci piring, bahkan istriku pun aku larang mencucinya, harus aku yang mencuci peralatan bekas makan kami," Jelas Bram sambil menunjukkan nada serius.
Didi semakin bingung dengan apa yang dijelaskan bestie-nya itu, dia mengerutkan alisnya,"Maksud kamu, kamu punya stori sendiri begitu?"
"Yup, anda benar," Jawab Bram cepat sambil tersenyum melihat temannya bingung.
Bram duduk di dekat bestie-nya sambil menyediakan RED RUBY TEA, teh kelas atas yang dibelinya saat makan siang di Kemuning, dekat Tawangmangu, "Kamu cobain dulu deh teh ini."
"Ini teh yang banyak dicari turis yang berkunjung ke Kemuning," Bram menerangkan kepada Didi sambil mempersilakan menyesap teh yang disediakannya.
Didi pun mengangat cangkir kecil yang berisi teh yang katanya teh paling enak dari lokasi wisata yang disebutkan Bram. Karena masih panas dia pun menyesap sedikit saja. "Uuuuuuuh ini rasa teh benar-benar ruaaaar biadap, bikin lidahku terkejut karena belum pernah merasakan teh seenak ini," seru Didi tanpa bisa menyembunyikan kekaguman pada rasa yang dihasilkan teh itu.
"Alhamdulillah, inilah mukjizat dari Allah, mosok dibilang biadap.....hehehe," Bram meringis mendengar kata-kata dari bestienya itu.
"Maksudku ueeeenaaak bingits hehehehe," jawab Didi sambil menyeringai lebar dan sesaat kemudian mempertanyakan apa yang baru saja diucapkan oleh Bram, "Mukjizat? Itu kan hanya teh, bukan sesuatu yang luar biasa yang diberikan pada para nabi," Didi menyanggah ucapan Bram tentang kata mukjizat.
Bram tertawa melihat ekspresi Didi yang penasaran dengan ucapannya. Bram pun menjelaskan ke Didi sambil tersenyum menampakkan giginya yang tidak rata,"Maksudku begini, ini teh kan bukan buatan manusia, teh ini bisa tumbuh karena Allah memberi kehidupan pada teh dalam bentuk nutrisinya di tanah, air dari langit agar dia bisa menyalurkan nutrisi ke seluruh bagian tumbuhan, serta sinar matahari agar dia bisa memasak kebutuhan nutrisinya, ini semua kan bukan buatan manusia, oleh sebab itu aku menyebutnya mukjizat dari Allah."
"Oooooh begitu, okelah kalau begituuuuu," jawab Didi sambil memonyongkan mulutnya yang mirip Patrict.
 |
| www.pinterest.com |
"Ok kembali ke cuci piring ya, kenapa aku selalu cuci piring sendiri peralatan makan yang telah dipakai oleh aku dan istri," kata Bram sambil tersenyum melihat ulah sahabatnya ini.
"Ya ya kembali ke cuci piring, aku butuh penjelasan," jawab Didi dengan antusias penasaran,"Jujur aku paling males kalau harus cuci piring."
"Jadi begini saudara," Bram bergaya seolah sebagai seorang motivator di atas panggung, "Mengapa saya hobi cuci piring, itu ada filosofinya, mau dengar? Begini ceritanya."
Bram pun mulai menceritakan detailnya :
"Pertama, piring bersih, lalu dipakai makan, maka akan menjadi kotor, itu ibarat kita manusia, lahir ke bumi dalam keadaan bersih suci, namun karena kehidupan, maka lambat laun kita mulai kotor dengan dosa."
"Kedua, pada saat piring kita cuci dengan sabun, kita gosok lalu kita siram dengan air hingga bersih itu ibarat kita mulai membersihkan kotoran yang ada pada hati kita dengan cara selalu taat ibadah, selalu zikir kapan pun dan dimana pun dan mohon ampun atas segala hal yang membuat hati kotor."
"Ketiga, setelah piring bersih dari kotoran dan kering maka kita kembalikan ke rak piring semula, nah ini ibarat diri kita yang bersih semoga bisa kembali ke asal muasal kita berada yaitu di syurgaNya.
Didi sangat serius mendengar penjelasan Bram bahkan dia lupa dengan teh yang ada di hadapannya,"Ooooh begitu filosofinya."
"Ya kira-kira begitulah yang ada di fikiranku saat mencuci piring, makanya aku tidak pernah membiarkan piring kotor terlalu lama, takut akan menumpuk sebab sama aja kita membiarkan hati kotor terlalu lama," Bram menjelaskan pada Didi.
"Well kalau begitu OK lah kalau begitu bro," jawab Didi sambil menarik nafas seolah baru saja terlepas dari beban yang sangat berat,"Aku akan mempraktekkannya."
"Sip," timpal Bram sambil mengacungkan dua jempol atas ucapan Didi.
"OK, Di, mari kita nikmati teh enak, mukjizat dari Allah, entar keburu dingin," ajak Bram sambil menyeruput tehnya.